Turnamen; melewati batas.
ㅤ tw // harsh word, kinda mention of horror.
ㅤ
Final turnamen bola yang memperebutkan piala bupati. Iya, itu hari ini.
Kemarin adalah babak penyisihan dan SMA Neo berhasil masuk kedalam babak semi final.
Sialnya kemarin Anindya tidak bisa menonton pertandingan, juga menonton Haksa. Para pemenang olimpiade mendapatkan reward jalan-jalan seharian penuh, dari pagi sampai malam, mengelilingi kota sebelah yang fasilitasnya lebih maju dari kota mereka.
Anindya sedikit kecewa, Haksa juga tetapi ia tau tak mungkin juga gadis itu tiba-tiba kabur dari rombongan bis. Hahaha bisa hilang Anindya nanti.
Tapi kemarin, saat Anin mendapat kabar live report dari Cella kalau Neo lolos ke final, Ia langsung melompat senang sambil memeluk Jana dengan gembira.
Yang dipikirannya hanyalah rasa terimakasih pada Tuhan karena mau menerima doanya dan membuat usaha tim bola neo tidak sia-sia.
Walau Anin mendapat tatapan aneh dari para peserta olim lain, walau anin tidak sadar kalau ada Lintang yang tatapannya tidak dapat dijelaskan sedari tadi.
Ada 2 kabar, baik dan buruk.
Kabar baiknya, tim bola Neo berhasil lolos lagi dibabak semi final, membuat mereka maju selangkah pada babak final yang menentukan siapa sang juara.
Kabar buruknya, lawan Neo adalah SMA Antares. Sekolah yang ditempati oleh Aresh, kawan lama sekaligus musuh Haksa.
Haksa tau, pertandingan terakhir ini tidak akan berjalan dengan mudah. Tim Antares mempunyai banyak strategi yang sebenarnya sebagian besar hasil mencuri. Mereka bermain sedikit diluar aturan, jadi mereka harus fokus pada tujuan.
ㅤ
“Pertandingan final dari SMA Antares melawan SMA Neo segera dilaksanakan! Kedua tim berjalan memasuki lapangan, berikan tepuk tangan yang meriah!”
ㅤ
Riuh suara teriakan hingga tepuk tangan mengisi stadion itu. Ada Haksa dan Aresh dibaris paling depan sebagai kapten, juga para anggota mereka dibelakang, termasuk seorang wasit.
Disaat semua orang berteriak heboh, ada Anindya diatas sana yang sibuk berdoa pada Tuhan untuk melancarkan permainan ini. Bukannya apa, tapi perasaannya sedikit tidak enak.
“Kenapa Anin? Kok muka lo kek gitu?” tanya Cella.
Semuanya menoleh pada Anindya. Maksudnya Sharen, Kiara, juga Renjana.
“Perasaanku engga enak, La. Tapi semoga bukan apa-apa,” jawab Anin sambil tersenyum.
Cella mengangguk, “Semoga ya.”
Dan pertandingan pun dimulai.
ㅤ
ㅤ
Permainan sudah berjalan 40 menit, dan..
“GOLLL!!”
ㅤ
“AKHHH!!”
ㅤ
Para penonton berteriak senang diatas sana, namun tidak dengan di lapangan. Para tim Neo dengan cepat berlari kearah gawang mereka.
“Jevan lurusin badan lo! MEDIS TOLONG KESINI!!!” itu Haksa, ia berteriak frustasi karena tim medis yang lambat sekali sampai pada mereka.
“Bisa-bisanya lo Jev nabrak tiang gawang,” kata Tantra sambil memberi pijatan pada kaki Jevan.
“Gak tau jing, tiba-tiba tadi pandangan gue gelap habis itu langsung nabrak,” jelas Jevan.
Tim medis datang dan langsung memberikan pertolongan pertama. Pak Roby yang juga turun ke lapangan memutuskan untuk Jevan dibawa ke tempat duduk dan posisi keeper digantikan oleh Calvin.
“Tetap fokus, kita sudah ketinggalan 2:0 jadi jangan lengah,” ucap Pak Roby sambil menepuk pundak mereka dan kembali ketepi lapangan.
Haksa melihat Aresh diujung sana yang sedang tersenyum menang.
“Hah, kenapa bisa susah nembus Antares? Bahkan dekat gawang aja kaga,” Haksa meracau frustasi.
Ini aneh. Walaupun tim Antares sudah mengetahui strategi mereka, tapi mereka tidak menggunakannya.
“Gue ngerasa kek hilang kesadaran tiap peluit ditiup,” adu Renald.
“Setuju bang, makanya gue bingung kok bisa tadi bolanya malah gue oper ke tim lawan,” itu Diky yang juga ikut mengadu.
Nalendra menatap penjuru lapangan, ia merasa ada yang tidak beres namun tidak tahu juga itu apa.
“Perasaan gue gak enak,” kata Nalendra.
Wasit lapangan tiba-tiba menyuruh mereka untuk kembali pada formasi karena pertandingan akan dilanjutkan.
Peluit ditiup dan, mulai.
Di bawah sana, kedua tim itu kembali memperebutkan bola. Sedangkan para gadis diatas sibuk menenangkan Sharen yang tengah panik karena Jevan yang terluka.
“Dia tadi jelas-jelas jalan lurus ke tiang gawang terus nabrakin diri,” racau Sharen. “Aduh mana tadi kepeleset.. gimana ini..”
Cella membawa Sharen kepelukannya, “Jevan kuat, Ren. Jevan kuat.”
Anindya ikut menepuki pundak sharen. Mereka yang terlalu asik menenangkan Sharen hingga tidak sadar dengan pertandingan dibawah sana yang semakin memanas.
Teriakan heboh kembali terdengar dari para penonton, membuat para gadis itu segera mengalihkan atensi.
Calvin berhasil menggagalkan tim lawan membobol gawang mereka. Para supporter dari Neo meneriakkan nama Calvin dengan tepuk tangan heboh karena berhasil menggagalkan kejadian itu.
ㅤ
Priiiitttt..
ㅤ
Pluit wasit berbunyi, tanda istirahat sebelum ke permainan selanjutnya. Para anggota Neo segera menepi untuk minum juga melihat keadaan Jevan.
“Ah gila gue pengen kesana.”
Mereka dengan cepat menghentikan Sharen.
“Gak boleh sekarang, Ren. Tahan bentar ya?” kata Kiara lembut yang membuat Sharen mendesah kecewa.
“3 orang. 3 orang woy dari Neo yang luka. Antares tuh pemain bola apa pegulat sih? Bingung gue,” protes Jana.
Cella menepuk pundak Anindya, “Bener ternyata, Nin. Tentang perasaan gak enak lo.”
Anin mengangguk, “Ini mah ada yang gak beres, La.”
Disaat para anggota Neo beristirahat sambil mendengar komentar dari Pak Roby, tiba-tiba datang seseorang yang mereka kenal mendekati mereka.
Itu Yovan, wajahnya sedikit gelisah.
“Kenapa Van?” tanya Yazid.
“Si Jevan tolong dibacain ayat kursi sambil pegang dahinya.”
Semuanya terkejut, kaget, tak terkecuali.
Pak Roby sebagai yang tetua langsung mendekati dan membacakan ayat suci pada Jevan dan memegang dahinya. Jevan juga dikelilingi oleh para pendamping Pak Roby.
Terdengar Jevan yang berteriak kesakitan membuat para anggota tim makin bertanya-tanya.
“Ini kenapa?” tanya Haksa to the point.
“Ada yang jagain lo pada, tapi dalam artian gak baik.”
“Anjing,” umpat Nalendra cepat. “Bener firasat gue.”
Mata Haksa membulat, “Ini strategi Antares?” haksa bertanya lagi.
“Gak, ini gak masuk dalam rencana mereka. Bahkan mereka baru ngomong sama orang pintar tadi malam. Mereka pake cara ini karena ngeliat permainan Neo kemarin yang susah ditembus,” Jelas Yovan.
“Wah gila memang si Aresh. Ini bukan masalah curang lagi tapi nyangkut hal gaib njing!” racau Renald sambil mengacak rambut.
“Sebenarnya mereka gak bakal pake cara ini kalo bukan saran dari Jeje,” tambah Yovan.
“Bangsat. Ini baru pengkhianat,” ucap Haksa.
Para anggota tim Neo sudah pusing kepala. Akhirnya terjawab sudah semua kejadian aneh di lapangan tadi. Rasanya ingin marah tapi pertandingan masih berlanjut.
Sedangkan tim Antares, tentu saja sekarang mereka sedang merayakan kemenangan yang bahkan belum ditangan mereka. Aresh terlalu senang sekarang sampai tidak sadar sepupunya, Yovan sedang berada di tim Neo.
“Baca doa dan minta tolong sama Tuhan. Itu jalan keluarnya,” kata Yovan.
Pak Roby pun mengumpulkan mereka hingga membentuk lingkaran. Yovan juga ikut disana. Mereka mulai berdoa dengan kepercayaan masing-masing, meminta perlindungan pada Tuhan untuk pertandingan terakhir ini.
Berdoa selesai.
Kedua tim bersiap kembali ke lapangan karena babak kedua akan dimulai. Namun tim Neo sedikit tertunda, Yovan masih ingin menyampaikan sesuatu.
“Liat tiang gawang mereka,” tunjuk Yovan. “Ada telur di 2 tiang itu. Tendang dua-duanya, kalau bisa keluar dari lapangan. Karena telur itu jadinya lo pada gak bisa nembus gawang mereka.”
Mereka mengangguk paham, dan kini saling bertatapan.
“Gue aja,” tawar Haksa.
“Gak, gue aja. Kalo ada apa-apa seenggaknya bukan lo, karena lo kapten tim,” kata Nalendra lalu langsung berjalan menuju gawang lawan.
“Gak ada tukads-tukadsnya bang Nalen,” Diky menggeleng tak percaya.