Senja kala itu
Selesai, Anin dengan barangnya yang sudah beres pun berdiri dari duduknya. Sedangkan dilain sisi ada Haksa dan kawanannya yang juga sedang menuruni lantai 2 menuju ke kasir.
“Yes Haksa bayar hahaha. Gue tunggu luar ye.” Kata Nalen.
“Gaada adab lo, dasar.” Ucap Haksa yang diikuti suara tawa kawanannya.
“Meja 23.” Kata Haksa pada penjaga kasir.
Baru saja si penjaga kasir akan menyebutkan nominal tagihan, tiba-tiba ada suara teriakan anak kecil yang menangis. Haksa langsung membalikkan badannya, dan ternyata minuman anak itu tumpah ke lantai.
Haksa hendak maju menuju si kecil, namun ternyata ia kalah cepat dengan seorang gadis. Gadis yang tak ia kenal namun memakai seragam yang sama dengannya. Walau punya Haksa tertutup hoodie.
Si gadis tampak menenangkan si kecil dengan mengatakan 'tidak apa-apa' sambil menggendongnya. Wow, cepat sekali anak kecil itu kembali tenang? Tak lama ibu dari si kecil datang, dan ia segera dialihkan. Gadis itu tersenyum pada sang ibu, juga mencubit gemas pipi si kecil.
Haksa tak sadar, ia malah menonton kejadian itu. Saat si gadis berjalan menujunya, ia langsung berbalik.
“Berapa?” Tanya Haksa ulang.
“Meja 23 totalnya 117.000” Kata penjaga kasir yang diangguki Haksa.
“Meja 7 kak.”
Mendengar itu Haksa mengeluarkan dompetnya sedikit lambat, entah kenapa.
“Meja 7 49.000 yaa.”
Si gadis tersenyum sambil menyerahkan uangnya. “Ini kak, kembaliannya gausah aja.”
“Yaampun, makasih a-”
Ah sial, Haksa tidak mendengar namanya tadi. Ini semua karena anak kecil tadi tiba-tiba berteriak sambil menangis. Nasib Haksa. Tapi, kenapa juga ia ingin tahu?