Mobil; kisah manis lainnya.

Anindya dan Haksa dibawah payung yang sama. Ditemani bau hujan dan dingin yang menerpa. Pipi Anin sedikit memerah, sedang Haksa, jantungnya sedikit terpacu. Keduanya sama-sama bertanya dalam hati. Kenapasih?

Jika saja rintik hujan itu bisa bicara, pasti dia akan berkata, “Dasar muda-mudi, apa mereka tidak pernah jatuh cinta?”

Entahlah, bahkan dari lobby sekolah menuju parkiran terasa panjang.

“Pake motor Sa?” Tanya Anin.

“Lo mau naik motor?”

Anin tertawa kecil, “Engga, gak gitu maksudnya.”

Dibalik tampangnya yang biasa, ada rasa yg ingin membludak. Itu yang haksa rasakan. Mata Anindya selalu membentuk bulan sabit saat tertawa. Manis, cantik, juga tidak baik untuk hatinya.

Haksa tersenyum tipis, “Naik mobil Nin. Tapi kalo lo mau naik motor, gue bisa lain hari.” Katanya sambil membukakan pintu mobil untuk Anin.

Sambutan dari AC mobil tidak cukup meredakan merah rona di wajah Anin. Lain hari kata Haksa, apa dia sedang memikirkan kesempatan selanjutnya? Entah mengapa Anin sedikit bersemangat mendengar kalimat itu.

“Mau dengarin lagu?” Tanya Haksa.

“Boleh.” Jawab Anin.

Sebelah tangan Haksa menjalankan mobil, sedangkan yang sebelah lagi sibuk mencari lagu dari ponsel yang sudah tersambung di radio. Haksa bingung harus memilih lagu apa hingga akhirnya ia random memilih playlist yang terdapat di paling atas.

Sial, yang terputar adalah lagu Berawal dari Tatap yang dinyanyikan Yura Yunita.

Andai kalian melihat betapa lucunya wajah terkejut Haksa, juga tatapan membeku Anin menghadap jalanan saat yang terputar adalah lagu itu. Kedua manusia ini benar-benar lucu.

Kalau boleh jujur, lagu ini bisa dikatakan sangat menggambarkan kisah Haksa yang akhirnya jatuh pada seorang Anindya. Tapi sayang, Haksa masih belum cukup berani. Terlalu banyak kenangan buruk tentang menjalin asmara dikehidupan Haksa dahulu.

Itulah mengapa teman-teman disekitarnya sangat heboh saat tau Haksa kembali jatuh cinta, ah apa terlalu berlebihan? Baiklah, jatuh pada pesona seorang wanita. Itu seperti keajaiban karena Haksa Bagaskara selalu menolak untuk berada didekat perempuan setelah kisahnya dahulu.

“Kau membuatku bahagia Di saat hati ini terluka..”

Haksa langsung menoleh kesamping, ada Anin dengan suara yang sangat kecil mencoba mengikuti lantunan lagu. Tanpa sadar sebuah senyum mengembang dari bibir Haksa.

“Kau membuatku tertawa Di saat hati ini terbawa..”

Ia Kembali menghadap depan, fokus kejalan raya yang basah, ditemani suara manis Anin yang menenangkan suasana.

“Terbawa oleh cintamu untukku Untuk kita..”

Didalam hati Anin merasa puas dengan nyanyiannya.

“Bagus, Anindya suara lo bagus banget.” Puji Haksa.

Anin yang tersadar langsung salah tingkah, “Eh kedengaran ya sa, hahaha terimakasih.”

“Nanti kalo ada waktu biar gue yang gitarin.”

“Wah! serius sa?” Kejut Anin dengan tawaran Haksa tiba-tiba.

“Iya serius Anin, masa main-main aja.”

Untuk kesekian kalinya Anin dibuat terdiam karena kata-kata Haksa.

“Tunggu ya Nin.”

“Iya Haksa.”